6.14.2009

artikel

23:00 WIB. 09 Juni 2008
Hidup selalu saja akan membingungkan. Setidaknya itu ada dalam pikiran orang tradisi di zaman modern yang cepat dan beraneka ragam. Berbagai macam pemikiran bermunculan setelah sekian lama di kungkung dalam tata tradisi. Berbagai macam penggalian sejarah sebagai langkah pemikiran positivis pun bergulir untuk menemukan sebuah kebenaran. Pada awalnya gerakan pemikiran yang meneliti sebuah nilai yang dianut masyarakat berdasar latar belakang berujung pada lahirnya pemikiran baru yang akhirnya terhenti pada proses pencarian kebenaran yang tak bisa terhenti pada satu peristiwa saja. Maksud disini, bahwa fenomena yang muncul pengakuan terhadap sebuah kebenaran tunggal. Walaupun pada dasarnya bersifat ideologis toh akhirnya implikasinya pada perubahan tatanan sosial yang keras.
Dunia sedang menuju proses kebebasan untuk menemukan jati diri kemanusiaannya. Kesadaran bersama ini pun hanya di sadari dan pelopori gerakannya oleh golongan elit. Sehingga agungnya tidak mencapai masyarakat proletar. Yang terjadi sebuah gerakan yang tidak seimbang dan terkesan ada sebuah tendensi politis. Kenapa terjadi? Karena golongan elit dekat dengan penguasa. Untuk tujuan kekuasaan akan lebih menekankan pada penanaman eksistensi keberkuasaannya. Untuk mewujudkan kepatuhan umum ini di perlukan alat. Alatnya adalah organisasi kemasyarakatan. Sejarah sendiri mencatat berbagai macam konspirasi dalam mempengaruhi pandangan masyarakat. Terjadilah manipulasi sejarah yang di monopoli oleh kepentingan golongan yang berkuasa. Yang menjadi dalangnya adalah para elit pemikir untuk kemudian perwujudan pemikiran mereka melalui gerakan adalah kaum proletar. Ketika wacana itu bergulir menjadi perdebatan dikalangan atas maka pada dunia bawah telah terjadi perpecahan dan perselisishan yang berwujud bentrokan fisik.
Dalam kepentingan politik praktis yang orientasinya adalah kekuasaan telah menyamai sebuah revolusi panjang yang jelas membutuhkan darah. Pertanyaanya, benarkah kebebasan harus menelan krisis kemanusiaan dan menumbalkan nyawa manusia?
Keragaman dan perbedaan adalah mutlak adanya. Setidaknya point pertama untuk melacak patologi manusia. Tindak pragmatisme telah menjadikan kekerasan dalam usahanya untuk memahamkan pemikiran yang lebih dekat dengan pemaksaan pemikiran telah menelan korban banyak. Dalam proses pembebasan diri setidaknya jangka waktu yang relatif panjang benar di butuhkan adanya, sehingga pada perjalanannya sering terjebak pada pragmatisme yang mengedapankan proses yang serba instan.
Kebijakan adalah bagaimana kita diam sejenak ketika telah menemukan pengetahuan, untuk kemudian kita mengikuti alur rekayasa sosial yang terbentuk. Pada bijak dan kebijakan hanya sekedar penempatan antara waktu yang tepat dan kesempatan yang akurat saja. Pada setiap budaya dan unsur geografis mendukung sebuah komunitas manusia untuk mempolakan kehidupan mereka sebagai media untuk tujuan hidup bersama. Di sini dibentuk ideologi melalui agen-agen politiknya untuk melestarikan ketaatan manusia dalam sebuah kumpulan manusia yang di pukul rata berbudaya sama.
Manusia bertahan dan berjuang dalam hidupnya karena mempunyai harapan-harapan yang luhur akan kedamaian, kebaikan, keamanan, ekspresi diri dan banyak lagi kebutuhan dasarnya. Dari sekumpulan pengharap-pengharap itulah melahirkan pemutus harapan atau seseorang yang sanggup memenuhi harapan mereka (leader). Pemimpin tak bisa lepas dari subyektifitas dan kehendak berkuasa pribadi, penanaman pengaruh dan pertahanan eksistensi diri keakuan.
Yang memperparah keadaan dalam dunia ideologi yang dijadikan panutan dan acuan bertindak sekarang masih mengacu pada standard pemikiran para pemikir abad yang lalu. Jelas rentang waktu yang mereka miliki berbeda dan menyuguhkan fenomena sosial yang berbeda pula. Sebenarnya progresifitas keilmuan sekarang pun tak mengalami inovasi yang berarti karena masih ada dalam bayang-bayang pemikiran tua. Setiap teori sosial yang tercetus adalah respon dari stimulan fenomena sosial yang terjadi (temporal). Bila pada abad modern ini masih mengacu pada standar ideologi lampau maka stagnasi keilmuan telah melanda kemanusiaan. Buktinya telah terjadi pemaksaan pemikiran dan pemahaman. Implikasinya adalah benturan keras antara keadaan sosial sekarang dan standardisasi ideologi yang dianut (old reference).

Tidak ada komentar: