6.15.2009

surat cinta

SURAT BUAT TEMAN DESAKU YANG DI KOTA
Kampung Kasih, 26 November 2007
Kepada
Kekasihku
Di penghujung malam

Selamat pagi…!!!
Bersama dengan secarik kertas yang aku dapatkan di tong sampah pinggiran toko kota Semarang, ketika aku mencari mu, walau akhirnya aku harus kehilanganmu. Setidaknya aku kabarkan, bahwa aku di kampung sehat-sehat saja. Aku harap sedemikian dengan dirimu adanya.
Kasih! di dikampung kita tidaklah seperti dulu. Kampung yang dulu dimana kita sering tertawa selepas mencuri mangga milik pak haji Amin. Kini semua telah kelu, membisu tak ada lagi yang keluar di malam hari untuk menembangkan syair bapak pucung kala bulan purnama memanjakan mata dan hati kita yang lelah di siang hari yang penuh aktifitas. Semua penduduk pun telah tenggelam dalam dunianya masing-masing di depan kotak hitam yang menjadi Tuhan baru yang mereka tempatkan pada tempat paling utama yaitu televisi. Kalaulah dulu selepas kita bersama-sama sholat berjamaah maghrib di surau yang berdinding anyam bambu dengan sarung kumal, kita selalu mengantri untuk belajar ngaji dan berteriak alif, ba serempak bersama lik Udin. Tapi kini apa! Anak-anak sekarang lebih senang menenteng kotak hitam play station daripada kotak kitab Al-Qur’an.
Telaga di ujung desa yang biasa kita mandi selepas pulang sekolah kini telah di beli orang kota untuk pengairan mereka, bahkan kini para penduduk harus membayar secara rutin tiap bulan untuk sekedar menikmati. Kini telaga itu tidaklah bisa untuk mandi dan menyelam atau sekedar ceciblon. Oh ya!! Kemarin pas hari lebaran anaknya lilk Darmi yang sudah menjadi orang kota pulang untuk menengok keadaan keluarganya datang. Dia datang dengan menggunakan mobil. Kata Pakde dan Simbah “itu lho Ratman sudah jadi orang”. Aku bertanya berarti selama ini aku tidak jadi orang ya Mbah!! Semoga Tuhan masih mengngamggapku bagian dari manusia. Yu Darmi dan lik Karjo tak habis-habisnya membusakan mulutnya untuk menceritakan anaknya yang telah menjadi orang menurut mereka.
Ratman yang dulu selalu diam tidak pernah mau bergaul dengan kita kini sudah pulang dengan membawa barang-barang yang aku sendiri tidak tahu apa namanya karena terlalu sulit, habisnya pakai bahasa inggris. Setidaknya setelah itu yang aku ketahui para penduduk ikut-ikutan untuk membelinya. Tak peduli mereka mampu apa tidak yang penting bisa “jadi orang” seperti Ratman. Yah, mereka rela mengutang kepada orang untuk bisa “menjadi orang” ya!!! Tadi syaratnya harus memiliki seperti apa yang dimiliki Ratman, seperti televisi, mobil trus play station motor dan banyak lagi. Yah! Yang penting aku jadi bingung. Ternyata “jadi orang” itu mudah ya? Cukup dengan memiliki mobil dan barang elektronik “jadilah orang”. Kini sapi-sapi sudah pada pensiun. Mereka tidak lagi menarik pedati yang biasa antar kita ke sekolah di dekat pasar Bulu.
Kalau pagi anak-anak berangkat sekolah dengan diantar sepeda motor, ya! setidaknya mirip orang kota sedikit biar mirip di sinetron-sinetron gitu kata mereka. Padahal kita dulu berjalan menyusuri pematang sambil berlari bercanda untuk berangkat sekolah dengan menenteng sepatu di leher. Sampai kadang telat karena kita keasyikan bercanda. Di strap guru saat seluruh kaki masih penuh Lumpur sawah. Setelah pulang kita saling tunggu untuk pulang bareng dan kita biasanya tidak langsung pulang tetapi kita menuju sungai Krasak untuk mandi bersama setelah itu mengendap-endap makan timun dari sawah mbah Sri dan kita akan lari terbirit-birit ketika konangan kang Kasmi yang lari mengejar kita dengan mengacungkan arit.
Oh yak aku lupa hal yang pokok. Ibu kita sakit, katanya sakit demam. Padahal dokter-dokter sudah di datangkan, bahkan kemarin kang Karjo membawa dukun dari desa-desa seberang, tapi kok aneh! Ga sembuh-sembuh. Setelah sebulan aku tanya, ternyata sakit tersebut hanya bisa terobati dengan kepulanganmu untuk sekedar, mengicipi telur dadar dan pisang goreng masakan ibu. Aku jadi tambah tidak tenang ternyata nenek juga kena serangan jantung gara-gara tetangga sebelah menyetel musik rock yang kencang dengan sound system yang mahal. Tapi nenek enggan di bawa ke rumah sakit katanya dia bakal sembuh kalau dia mendengar gamelan gending jawa. Kami disini ya jelas bingung karena obat-obat tersebut sulit di cari. Dirimu kini sudah ilang dan berganti status menjadi orang kopta dan enggan menjadi orang kampung lagi. Mungkin juga sudah lupa dengan makanan kebanggan kita, ketela goreng. Trus untuk mendengar gamélan gending jawa tidak mungkin lagi. Mana ada sekarang yang bisa musik jawa kalau musik pop mungkin bisa. Wah aneh ko!!.
Kasih!! Sudah dulu ya!? Aku harus tidur karena besok aku harus nyangkul sawah dan ngluku dengan kerbau warisan dari simbah Lanang. Setidaknya bagiku cukup untuk sekedar makan dan menembel desaku. Seandainya ada kau di sampingku mungkin kita bisa mbangun deso dan mengajarkan gamelan dan tari jawa. Aku benar-benar rindu dengan gemulai tari dan suara serulingmu yang menemani tidurku. Apa kau ingat cublak-cublak sueng. Ah sudahlah kau kini sudah jadi orang kota. Ya, tapi disini kami dengan segala kerinduan menerimamu jika kamu tersingkir dari kota yang kejam tak kenal kebersamaan.
Mohon maaf kalau ada kata yang salah. Mungkin aku akan menulis surat lagi jika aku kangen bersamamu dan aku kesepian di desaku sendiri. Matur nuwun.

Selamat malam menjelang pagi


Dari sedulurmu



Banyu Hening


agung banyu
www.maribermain.com
www.andriyoeasyfa@gmail.com

6.14.2009

artikel

23:00 WIB. 09 Juni 2008
Hidup selalu saja akan membingungkan. Setidaknya itu ada dalam pikiran orang tradisi di zaman modern yang cepat dan beraneka ragam. Berbagai macam pemikiran bermunculan setelah sekian lama di kungkung dalam tata tradisi. Berbagai macam penggalian sejarah sebagai langkah pemikiran positivis pun bergulir untuk menemukan sebuah kebenaran. Pada awalnya gerakan pemikiran yang meneliti sebuah nilai yang dianut masyarakat berdasar latar belakang berujung pada lahirnya pemikiran baru yang akhirnya terhenti pada proses pencarian kebenaran yang tak bisa terhenti pada satu peristiwa saja. Maksud disini, bahwa fenomena yang muncul pengakuan terhadap sebuah kebenaran tunggal. Walaupun pada dasarnya bersifat ideologis toh akhirnya implikasinya pada perubahan tatanan sosial yang keras.
Dunia sedang menuju proses kebebasan untuk menemukan jati diri kemanusiaannya. Kesadaran bersama ini pun hanya di sadari dan pelopori gerakannya oleh golongan elit. Sehingga agungnya tidak mencapai masyarakat proletar. Yang terjadi sebuah gerakan yang tidak seimbang dan terkesan ada sebuah tendensi politis. Kenapa terjadi? Karena golongan elit dekat dengan penguasa. Untuk tujuan kekuasaan akan lebih menekankan pada penanaman eksistensi keberkuasaannya. Untuk mewujudkan kepatuhan umum ini di perlukan alat. Alatnya adalah organisasi kemasyarakatan. Sejarah sendiri mencatat berbagai macam konspirasi dalam mempengaruhi pandangan masyarakat. Terjadilah manipulasi sejarah yang di monopoli oleh kepentingan golongan yang berkuasa. Yang menjadi dalangnya adalah para elit pemikir untuk kemudian perwujudan pemikiran mereka melalui gerakan adalah kaum proletar. Ketika wacana itu bergulir menjadi perdebatan dikalangan atas maka pada dunia bawah telah terjadi perpecahan dan perselisishan yang berwujud bentrokan fisik.
Dalam kepentingan politik praktis yang orientasinya adalah kekuasaan telah menyamai sebuah revolusi panjang yang jelas membutuhkan darah. Pertanyaanya, benarkah kebebasan harus menelan krisis kemanusiaan dan menumbalkan nyawa manusia?
Keragaman dan perbedaan adalah mutlak adanya. Setidaknya point pertama untuk melacak patologi manusia. Tindak pragmatisme telah menjadikan kekerasan dalam usahanya untuk memahamkan pemikiran yang lebih dekat dengan pemaksaan pemikiran telah menelan korban banyak. Dalam proses pembebasan diri setidaknya jangka waktu yang relatif panjang benar di butuhkan adanya, sehingga pada perjalanannya sering terjebak pada pragmatisme yang mengedapankan proses yang serba instan.
Kebijakan adalah bagaimana kita diam sejenak ketika telah menemukan pengetahuan, untuk kemudian kita mengikuti alur rekayasa sosial yang terbentuk. Pada bijak dan kebijakan hanya sekedar penempatan antara waktu yang tepat dan kesempatan yang akurat saja. Pada setiap budaya dan unsur geografis mendukung sebuah komunitas manusia untuk mempolakan kehidupan mereka sebagai media untuk tujuan hidup bersama. Di sini dibentuk ideologi melalui agen-agen politiknya untuk melestarikan ketaatan manusia dalam sebuah kumpulan manusia yang di pukul rata berbudaya sama.
Manusia bertahan dan berjuang dalam hidupnya karena mempunyai harapan-harapan yang luhur akan kedamaian, kebaikan, keamanan, ekspresi diri dan banyak lagi kebutuhan dasarnya. Dari sekumpulan pengharap-pengharap itulah melahirkan pemutus harapan atau seseorang yang sanggup memenuhi harapan mereka (leader). Pemimpin tak bisa lepas dari subyektifitas dan kehendak berkuasa pribadi, penanaman pengaruh dan pertahanan eksistensi diri keakuan.
Yang memperparah keadaan dalam dunia ideologi yang dijadikan panutan dan acuan bertindak sekarang masih mengacu pada standard pemikiran para pemikir abad yang lalu. Jelas rentang waktu yang mereka miliki berbeda dan menyuguhkan fenomena sosial yang berbeda pula. Sebenarnya progresifitas keilmuan sekarang pun tak mengalami inovasi yang berarti karena masih ada dalam bayang-bayang pemikiran tua. Setiap teori sosial yang tercetus adalah respon dari stimulan fenomena sosial yang terjadi (temporal). Bila pada abad modern ini masih mengacu pada standar ideologi lampau maka stagnasi keilmuan telah melanda kemanusiaan. Buktinya telah terjadi pemaksaan pemikiran dan pemahaman. Implikasinya adalah benturan keras antara keadaan sosial sekarang dan standardisasi ideologi yang dianut (old reference).

artikel

MENGARTIKULASIKAN PEMIKIRAN GUS DUR

A. PENDAHULUAN
Abdurrahman Wahid yang akrab dipanggil Gus Dur menjabat Presiden RI ke-4 mulai 20 Oktober 1999 hingga 24 Juli 2001. Dari perkawinannya dengan Sinta Nuriyah, mereka dikarunia empat orang anak, yaitu Alissa Qotrunnada Munawaroh, Zannuba Arifah Chafsoh, Annita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari .
Sejak masa kanak-kanak, Gus Dur mempunyai kegemaran membaca dan rajin memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya. Selain itu beliau juga aktif berkunjung keperpustakaan umum di Jakarta. Pada usia belasan tahun Gus Dur telah akrab dengan berbagai majalah, surat kabar, novel dan buku-buku. Di samping membaca, beliau juga hobi bermain bola, catur dan musik.
Masa remaja Gus Dur sebagian besar dihabiskan di Yogyakarta dan Tegalrejo. Di dua tempat inilah pengembangan ilmu pengetahuan mulai meningkat. Masa berikutnya, Gus Dur tinggal di Jombang, di pesantren Tambak Beras, sampai kemudian melanjutkan studinya di Mesir. Sebelum berangkat ke Mesir, pamannya telah melamarkan seorang gadis untuknya, yaitu Sinta Nuriyah anak Haji Muh. Sakur. Perkawinannya dilaksanakan ketika Gus Dur berada di Mesir. Sepulang dari pengembaraannya mencari ilmu, Gus Dur kembali ke Jombang dan memilih menjadi guru. Pada tahun 1971, beliau bergabung di Fakultas Ushuludin Universitas Tebu Ireng Jombang. Tiga tahun kemudian beliau menjadi sekretaris Pesantren Tebu Ireng, dan pada tahun yang sama Gus Dur mulai menjadi penulis. Beliau kembali menekuni bakatnya sebagaii penulis dan kolumnis. Lewat tulisan-tulisan tersebut gagasan pemikiran Gus Dur mulai mendapat perhatian banyak.
Pada tahun 1974 Gus Dur diminta pamannya, K.H. Yusuf Hasyim untuk membantu di Pesantren Tebu Ireng Jombang dengan menjadi sekretaris. Dari sini Gus Dur mulai sering mendapatkan undangan menjadi nara sumber pada sejumlah forum diskusi keagamaan dan kepesantrenan, baik di dalam maupun luar negeri. Selanjutnya Gus Dur terlibat dalam kegiatan LSM. Pada tahun 1979 Gus Dur pindah ke Jakarta. Mula-mula beliau merintis Pesantren Ciganjur. Sementara pada awal tahun 1980 Gus Dur dipercaya sebagai wakil katib syuriah PBNU.
Pada tahun 1984 Gus Dur dipilih secara aklamasi oleh sebuah tim ahl hall wa al-`aqdi yang diketuai K.H. As`ad Syamsul Arifin untuk menduduki jabatan ketua umum PBNU pada muktamar ke-27 di Situbondo. Jabatan tersebut kembali dikukuhkan pada muktamar ke-28 di pesantren Krapyak Yogyakarta (1989), dan muktamar di Cipasung Jawa Barat (1994). Jabatan ketua umum PBNU kemudian di lepas ketika Gus Dur menjabat presiden RI ke-4. Selama menjadi presiden, tidak sedikit pemikiran Gus Dur kontroversial. Seringkali pendapatnya berbeda dari pendapat banyak orang.

B. LATAR BELAKANG KULTURAL
Abdurahman Wahid lahir pada hari ke empat bulan sya’ban bulan ke delapan menurut penanggalan Islam. Atau tanggal 4 sya’ban 1940 yang sebenarnya tanggal 7 september. Beliau dilahirkan di Denanyar, dekat kota Jombang, Jawa Timur, dalam pesantren milik kakek dari pihak ibunya, kyai Bisri Syansuri. Kayi Bisri Syamsuri dan Kyai Hasyim Asy’ari sangat di segani di kalangan N.U, karena peran mereka dalam mendirikan N.U. Hasyim As’ari adalah kakek dari pihak ayah.
Ayah Gus Dur bernama Wahid Hasyim putera Kiai Hasyim As’ari dan ibunya bernama Solichah puteri dari Kiai Bisri Syansuri. Nama asli Gus Dur sendiri adalah Abdurahman Ad-Dakhil, yang artinya Abdurahman sang penakluk. adik-adik nya yaitu Aisyah (juni 1941), kemudian Salahudin (september 1942), Umar (januari 1944).Tahun 1954 Dia menamatkan sekolah dasar dan masuk SMEP (sekolah menengah ekonomi pertama).
Setelah meninggal suaminya Solichah menggantikan peran suaminya dengan meneruskan tradisi debat bebas dalam keluarganya dan mendorong anak-anaknya untuk gemar membaca. Ini bisa di lihat dari kegemaran Solichah sendiri dalam membaca walaupun dia tidak menamatkan pendidikan formal nya ke jenjang yang lebih tinggi. Gus Dur muda selalu membawa buku kemana saja dia pergi, bila tidak menemukan referensi dia diizinkan untuk membeli buku bekas di pasar.
Dari kegemaran nya membaca dia tidak hanya membaca hal-hal yang bersifat keagamaan ataupun melakukan kegiatan budaya yang bersangkutan dengan keagamaan. Hampir setahun kegiatannya dihabiskan untuk menonton film. Ia seorang remaja yang menggandrungi film dan mengapresiasikan secara serius. Selain itu juga suka menonton pertunjukan wayang kulit kemudian dia juga sangat menyukai sastra picisan karena baginya ini sangat penting bagi kehidupannya. Ia sangat menyenangi cerita-cerita silat dari cina, baik dari penulis Indonesia maupun dari terjemahan. Dalam cerita silat Cina terdapat unsur falsafah cina dalam cerita itu yang kemudian mempengaruhi cara berfikir nya.
Sebagai seorang remaja Gus Dur sangat menyukai kisah-kisah yang berkaitan dengan perang dunia ke-2, dan orang-orang yang terlibat dalam perang tersebut. Kemudian ia mengembangkan minat nya dalam politik Amerika. Ia gemar sekali membaca biografi Presiden-presiden Amerika.
Gus Dur muda mulai memasuki dua macam dunia bacaan: pikiran sosial Eropa dan novel-novel besar Inggris. Dia mulai membaca teori-teori besar sosial Eropa baik dalam bahasa Indonesia maupun Inggris bahkan dalam bahasa Perancis dan Belanda. Membaca dan memahami pemikiran Plato dan Aristotelels.. bergulat memahami das kapital Karl Marx dan what is to be done Lenin. Ia jug tertarik pada ide lain tentang keterlibatan sosial secara radikal seperti infatile communisme dan little red book-Mao. Ia sangat tertarik dengan sisi sufistik dan mistik dari kebudayaan Islam tradisional dan membiasakan diri ziarah ke makam-makam untuk berdoa dan bermeditasi pada tengah malam.

C. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
Pada 1954 Ia dikirimkan ke Yogyakarta untuk melanjutkan sekolahnya di SMP. Dia berdiam di rumah seorang teman ayahnya yang bernama Kiai Junaidi, beliau merupakan ulama Muhamadiyah anggota Majlis Tarjih dan Dewan Penasehat Agama Muhammadiyah. Untuk melengkapi pendidikan Gus Dur maka ia dikirim untuk pergi ke pesantren Al-Munawwir di krapyak tiga kali seminggu. Dia belajar bahasa Arab pada Kiai Haji Ali Ma’shum yang terkenal egaliter dan bergaul bebas pada siapa pun. Tahun 1957 menamatkan SMEP, kemudian dilanjutkan belajar di pesantren Tegalrejo Magelang.ia belajar pada Kiai Khudhori.. pada saat yang sama Ia juga belajar paruh waktu di pesantren Denanyar Jombang di bawah bimbingan Kakek nya Kiai Bisri Syansuri. Pada tahun 1959 Ia pindah ke Jombang belajar secara penuh di pesantren Tambak Beras di bawah bimbingan Kiai Wahab Chasbullah. Ia belajar sampai tahun 1963, selam itu selalu berhubungan dengan Kiai Bisri Syansuri. Selama tahun pertamanya di mendapat dorongan untuk mengajar di tambak beras di madrasah modern dan menjadi kepala sekolah. Sejak akhir tahun 1950-an hingga 1963 dia mengalami konsolidasi dalam studi formalnya tentang islam dan sastra arab klasik. Dia menggabungkan stud keislaman dengan pendekatan yang sama sekali lain terhadap ilmu dan pemahaman.

D. ISLAM TRADISIONAL DAN ISLAM MODERN
Memahami Gus Dur harus memahami dunia keagamaan yang di alaminya, karena Gus Dur sendiri di kenal liberal.dan yang mempunyai komitmen terhadap sikapnya. Dengan memahami dunia dimana tempat Gus Dur pernah tinggal dan berinteraksi langsung adalah hal yang tepat untuk menganalisis tokoh dengan segala pemikirannya. Gus Dur yang lahir di dunia Islam tradisionalis akan tetapi dalam pola pendidikan yang di berikan oleh Wahid Hasyim. Yaitu pemikiran ayahnya dalam mendamaikan antara tradisional dan modern. Seperti ketika ayahnya yang cenderung dekat dengan para tokoh nasionalis. Menjelang dewasanya Gus Dur tertarik dengan pemikiran Islam radikal. Akan tetapi setelah kembali dari Mesir dia tertatap komitmen dengan pemahaman Islam liberal. Pengaruh pertamanya adalah keluarganya dimana dia selalu di didik bersikap terbuka dan selalu mempertanyakan sesuatu secara intelektual. Yang ke dua ia di besarkan dalam dunia sufistik Islam tradisional Indonesia, yang ketiga ia di pengaruhi oleh orientasi budaya masyarakat Indonesia modern yang cenderung mengarah pada pluralisme dan egalitarianisme. Akhirnya ia sangat di pengaruhi oleh apa yang dibacanya dan di pelajarinya karena keduanya sangat memberikan kesempatan untuk menyitesiskan pemikiran barat modern dengan Islam.
Gus Dur adalah orang Islam yang di besarkan di Islam Jawa yang kental dengan hal-hal spiritual yang dalam hal ini tidak sebatas kehidupan akhirat. Dan dengan penuh kesadaran akan daerah spiritualanya, karena adanya pengaruh pendidikan pesantren ya yang orientasinya mistik. Bisa dilihat dimana dia sering melakukan ritual meditasi tengah malam dan berziarah ke makam -makam. Kemudian dia sering menggunakan istilah-istilah keagamaan yang menggunakan budaya asli. Dia menghormati seni pewayangan beserta isi spiritualnya. Dalam dunia wayang konflik terjadi bukan antara baik dan jahat akan tetapi antara yang kurang baik dan yang lebih baik. Baginya memberi dorongan untuk menghargai perlunya sikap ambivalensi dan toleransi dan berhubungan dengan pemahaman yang bersifat ambivalen dan bertahap mengenai pengembangan spiritual yang menggaris bawahi falsafah pendidikan pesantren. Pra syarat perkembangan pemikiran liberalnya adalah pendidikan islam klasik dan pendidikan islam modern. Tokoh yang sama bergerak dalam pemikiran liberalnya seperti Nurcholis Madjid , dan Johan Effendi. Mereka yang yang menggagas pemabaharuan pemikiran islam yang progresif. Mereka mencoba mengkombinasikan apa-apa yang terbaik dari tradisionalisme dan modernisme untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan seseuai yang dapat melampaui batas apa yang terdapat pada modernisme dan tradisonalisme itu.
Menjelang 1982 Gus Dur bekerja sama dengan Ahmad Shadiq seorang kiai senior yang berjiwa pembaharu. Keduanya berpengaruh besar dalam dewan Syuriah. Tahun 1982 Gus Dur di sibukan dengan kampanye PPP untuk membuat oposisi besar terhadap Golkar. Dimana kondisi politisi NU dalam tubuh PPP yang di pimpinan Djaelani Nero memburuk kemudian Soeharto melakukan intervensi politik dengan meminimalisir tokoh Nu yang vokal dalam tubuh PPP. Dalam kampanye Gus Dur sering di tahan polisi sebanyak delapan kali. Akan tetapi setiap di tahan selalu bisa keluar dengan berlindung pada nama ABRI.
Gus Dur ketika bergabung dengan dewan syuriah mengembangkan pemikirannya dengan melakukan kunjungan-kunjungan ke pesantren-pesantren di seluruh Jawa dan basis kekuatan Nu di Sumatera, Jawa dan Kalimantan.
Gus Dur percaya bahwa pancasila adalah kompromi terbaik untuk menyelesaikan masalah sulit antara agama dan negara. Tahun 1970-an sampai 1980-an di menuliskan argumentasinya bahwa sebuah konstitusi yang secara formal menetapkan peran bagi islam dalam negara akan membawa akibat tak menyenangkan bukan hanya kepada muslim abangan akan tetapi kepada muslim santri yang tidak setuju dengan dengan garis resmi keagamaan yang dibuat negara. Ia beralasan bahwa jika negara dilibatkan untuk menjadi juri bagi masalah agama akan berakibat penginjakan kemerdekaan beragama banyak warga negara oleh negara. .
Untuk mewujudkan integritas sosial perlu pemberdayaan masyarakat akan kemandirian intelektual. Sebagaiamana misi agama adalah egalitarianisme. Agama bukan sebuah ajaran yang stag dan membiarkan masyarakat terlarut dalam simbol-simbol dan hanyut dalam retorika keagamaan. Modern bukan berkesan rasionalistis radikal terhadap tradisi, akan tetapi progresif dan obyektif, selain terbuka dari kritikan dan kemandegan kritis. Bukan pula modernisme Islam adalah pada konsep pemurnian kembali dengan merujuk budaya negara lain tanpa mempertimbangkan budaya lokal. Karena hanya melahirkan fanatisme dan disintegrasi yang berujung pelanggaran HAM.

E. KESIMPULAN
Bagi seorang Gus Dur yang semenjak kecil sudah mengenal dan menggeluti tulisan barat, otomatis pemikirannya menekankan pada modernitas tapi pada hakekatnya Gus Dur adalah tokoh yang spiritualis akan tetapi berfikir dan bergerak secara modern dengan tidak mengesampingkan budaya tradisional. Pada dasar yang menjadikan ketidakmampuan membaca gerakan pemikiran dan statement dia karena pijakan Gus Dur adalah seorang yang humanis dan demokratis. Pada prinsipnya untuk membaca seorang tokoh dengan segala maneuver pemikirannya perlu memang kaji lebih mendalam dari latar belakang historis geografis, akademis maupun sosiologis yang membentuk nya. Setidaknya intu yang coba di ungkapkan oleh Greg Barton. Seperti membahas tentang pemikiran Nurcholis Madjid sendiri. Sebuah pemikiran yang progresif terhadap sudut pandang pemikiran islam yang cenderung stag. Dimana penghargaan terhadap keragaman adalah sebuah langkah dalam integritas berkehidupan. Kita lihat hasil konkritnya seperti NU yang sekarang sudah berubah lebih inklusif, hal tersebut merupakan gagasan ayahnya lalu pada diri Gus Dur sendiri menjadi titik tolak berpijak sehingga NU pun bukan berdiri sebagai organisasi massa yang oposan dan eksklusif.
Pemaknaan terhadap sebuah realitas dengan menggunakan logika terbalik adalah langkah dialektis Gus Dur dalam menyikapi berbagai permasalahan untuk sebuah solusi yang jelas arah, sasaran dan obyektif. Sudah merupakan karakter pribadi Gus Dur bila mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dengan di terima dalam kemasan humor, bukankah itu merupakan taktik pengolahan psikologis terhadap problem. Karena untuk sebuah perubahan atau katakan lah revolusi butuh waktu yang lama dan perlu kesabaran. Inti dari liberalisme Gus Dur sendiri terletak pada manifestasi pemikiran kritis islam terhadap realitas nyata dengan bersumber pada normatifitas al-qur’an dan sunnah sebagai supremasi hukum. Di karenakan problematika dakwah sekarang adalah kondisi mad’u yang multi kultural, tujuannya adalah pemberdayaan kemandirian secara utuh ummat khususnya dan bangsa Indonesia khususnya.
Sikap konsisten gus dur malah terletak pada inkosistennya, karena terletak pada gagasan, paradigma dan pemikiran yang dibawanya. Sebagai contoh gus dur memandang demolkrasi sebagai sebuah proses, dalam artian sebagai sistem yang tidak pernah sempurna. Sejalan dengan pembrontakannya terhadap otoritarianisme institusional sebagai ukuran adanya sebuah demokrasi.. demokrasi adalah pelaksanaan konkret dengan wilayah operasinya dalam kenyataan kemajemukan masyarakat. Jadi demi sebuah gagasannya dia berani menghancurkan kebekuan kultur yang tercipta oleh sistem tunggal. Dengan mengubah suatu kondisi yang penuh curiga, apriori dan prasangka menjadi hubungan yang terbuka toleran dan empatif.
Pandangan gus dur soal keagamaan berangkat dari kegelisahannya mengenai agama yang dipandang sebagai suplemen dalam kehidupan beragama. Tidak dipandang sebagai proses transformasi sosial yang fungsional, progresif dan memiliki sumbangan yang konkrit dalam perubahan sosial. Karena realitasnya nilai agama telah mengalami erosi dahsyat dalam pembangunan modern. Dengan tidak sadar umat beragama hanya mereduksi universalitas nilai-nilai agama dam simbol ritus-ritus formal semata. Selain daripada agama yang memiliki dimensi keimanan yang sakral dan mutlak juga memiliki dimensi kebudayaan/kultural. Agama memiliki ajaran tunggal dengan memperhatikan latar belakang pemeluknya yang plural. Itulah sekedar wacana pemikiran Gus Dur tentang neomodernisme agama.
BINTANG LEPUH

Bintang-bintang yang terpuruk dalam
baskom air hangat di kolam bawuk
sedang sang anak menyeruk keruh
mengugurkan rayuan sonneta

Tiba-tiba perawan datang dengan pedang terhunus
mengayun memebelah angin puting lekang
lebam membiru di tangan mengarung berputar dan menghilang

Musnah. . . . .musnah. . . . .
Mati. . . . . . mati. . . . .

Pasti dan pergi
Sudahlah!

Sanggar teater wadas
23 november 2007
TABULASI

Diam
Diamlah
Diam kataku!!

Aku takut untuk berkata-kata
Diam!!
Diam diam dan diam!!

Sanggar
23 november 2007
GENOCIDE

Tertawalah!! Menarilah!!
Setidaknya untuk diri sendiri
di bawah hujan deras
di kulum seringai matahari
di keteduhan mendung
di kepanasan kemarau

Cukup duduk dan nikmati
jangan lagi kau pahami

Semarang
23 November 2007

NEGERI ANTAREJA

Pemburu surga lancangkann arti penuh pongah
dengan menyertakan apologi pada kebenaran
merasai menjadi Tuhan lalu tiba untuk diam dan apatis

kelebeat malam segera menjaring romantisme
pada gugusan rasi mengharu biru di tengah keremangan
tenggelamkan selonjor leleah di siang

begitu riang bilakan bintik-bintik tercipta
dari luka-luka yang tersurat membentuk pola kubusis
terpusat pancar tak berdimensi
bila letih menggelayut segera lari tunggang
tanpa menoleh sambil berteriak

larilah bila kau takut
tidurlah kala letih
duduklah saat kaki gemetar
dan matilah maka selesai sudah

Magelang 26 Oktober 2007

RITUS LELANA

Yang terhadir tak akan pernah sama
bila terjun dan menyelami kembali
hanya akan menjatuhkan kembali langit
dari guratan malaikat yang membelai

turut runtut huruf yang terbangun
mengenyalkan kembali suara sayat
karena sesuatu terlahir dengan dunia
dan fana-fana yang terbasuh darah

dan ketenangan dari syair yang surut
pada berbagai aksesoris tergantung manja
menerbitkan mentari menumbuhkan bungan setaman

raksasa pun melembut
jiwa tersayat tertawa
penyamun pun segera membaur

Sanggar
26 Oktober 2007
Semua setelah inagurasi
MENYEMAI RABUK DARAH

Mentap pagi dengan mata sembab
biaskan hamparan keriuhan hutan belantara
embun-embun yang jatuh mendarat di kening
gagahi tubuhyang mengingsut kembali ke sarang
dan meringkukan keindahan

Yang terbuang menggantungkan nama
bangkai di lautan pun telah bertemu surganya
yang berasal dari gorong-gorong
dengan kenyenyatan dan bau anyir dari ranjang

Sapuan matahari yang melesat
menggugah kehijauan memberangusi
air anggur sisa pesta malam
mengubah dalam ritme membumbuung ke langit

tak akan terwujud tempat yang aman
jangan takut berdarah. . . !
Semarang 22 Oktober 2007
HAWA DI GERBANG KASTIL

Masihlah hawa kota dimasa lalu
menggayuh pada buhul-buhul gelap
tersembunyi tangisan meratap
di balik hati dan jiwa yang masih bertele-tele

Yang abadi memeberi tanda di muka gerbang
sebagai penghantar cerita malam
tentang rintangan dan jebakan saat meraih
intan terpendam dari balik kuil maya

Hujan pun kembali tidur tinggalkan dingin
dan genangan bayang diri
sedang kelayuan masih di hujam petir
yang menggelgar membelah

Sepuluh pintu terpampang mengeliligi
dengan kiunci dari jasad liat oleh bubuhan kode
pada hati membuka simpul otak
yang bersinyalir percampuran racun

Kalibanteng 22 oktober 2007
N.B: dari keterpaksakan ketika aku belum siap untuk datang di kota ini

N.B

Irikan dari apa yang tidak bisa di gerakkan
dan bukakan walau hanya seperempat
dari detik yang terpetik

Barangkali dengan merupa
ikut tertawa tergelak
diantara diantara serakan air mata
yang terhanyut kebelkang

Berbahagialah yang menapak
menuju jalan kemudahan ikut mendengarkan
gemercik air yang dituang
untuk membalut kehausan

Kalah dan menang adalah benar
bila tak berbatas dan berbeda rupa
dari kesempatan yang tiada bentuk

Lalu dimana kemana diri
saat memanjat dari tali yang putus
baiknya segera saja tarik pelatuk arahkan ke kepala

Aku pun menjadi tidak ingin apa-apa
saat semua laku tiada guna
dan selamat datang di dunia kepentingan dan formalitas


Tuhan jangan Kau bosan menuturi kasih dan izini aku menempati cintaMu
Bengan kidul 19 Oktober 2007



DRAMA KECIL JUM’AT

Lakonkan sandiwara yang penuh misteri
adonan yang tak bisa di urai mengalir lemah
dalam plot-plot sempurna dan kerugian
bila tak menghayati dengan mememjam

Kedetailan dari tiap peristiwa
yang di ramu dengan dramaturghi khas
melelahkan jiwa yang rapuh
sekaligus mempamorkan aktor terbaik

riuh tepuk tangan dan gejolak emosi
para penonton mengalir riuh berirama
meninggalkan misteri-misteri
tergelak ramai di ruang eksekusi

Magelang 18 Oktober 2007

HIKAYAT BUNGA CANDA

Kabut tipis yang merayap
mencabik codet hati menjadi kepigan cinta
yang penuh rahasia dari tatapan aneh kengkuhan

Di beranda terbentang hamparan hutan hijau
yang di taburi burung-burung bangau putih
sambil mengitari bnga di taman sketsa

Kabar dari negeri seberang hantarkan lontar warta
tentang datangnya rombongan puteri
bermahkotakan mirah delima dan menunggang kuda sembrani

Itulah yang aku herankan
tentang ma’lumat yang di bawa
oleh kutilang lewat resonansi aura jiwamu
yang menghanyutkan kano kayuku

Datanglah dalam atap rumahku
tidurlah di samping mala sunyiku
duduklah di peraduan perapian
sandarkan kepalamu di atas pundakku
mari kita tatapi apa yang tidak pasti

Bengan Kidul 7 Oktober 2007

KOLABORASI AYAM KATE

Tak ada lagi tempat berpetak umpet
bila untuk sekedar bercengkrama
dengan angin yang berbaju buliran air
terganti hawa merodang dan berdebu

Pada gunung dan bukit yang sedang terbakar
sambl tertawa pongah sabarlah barang bebebrapa detik

Mari kita duduk menyedu kopi
untuk bernegosisasi dari kelancangan kita
yang telah meniduri ibumu dan menelenjangi
dengan paksa tepat di muka Tuhan

Dalam proposal pengajuan
kamu tuliskan atas nama terdesak dan ketakutan
maka maaf selorohkan dalam keabadian senyummu


Bukit Patah Manyaran
09 Oktober 2007

BAJU APUNG DAN PELATUK

Bangun dari mimpi sekejap dan terbelalak
menatap seskitar yang silau dengan lengan
bermaksud mencapai puncak alpen
sebelum mentari membunuh
sedang jasad saja masih terbujur kaku
di atas ranjang beraroma bunga

Pada detik berikutnya suara-suara tercekat
bisa tak berlidah dari tenggorokan
terikki lautan dan padang
menggema membumbung dan menguap

Tak ada siapa-siapa
sebegitu pergelangan kaki terambati
kudapan air mata yang makin menenggelamkan

Takakan bisa berlari
bila kaki dan hati terpatri
diam pasrah diri menunggu sambutan hakiki

Untuk Diriku Saja
Magelang, 7 Oktober 2007

KRIPTOGRAF

Apa lagi yang telah menggoncagkan bumiku
violet anggrek seera menepis bencana
indahny mengapur menyeruakkan kelembutan

dalam rangkuman cendawan syukur
walau tubuh kering tersusust waktu
iringi gemerincing rantai tersaruk

nirwana terpampang dalam sejarah
untuk para musafir yang tak terayu dan
rintik hujan segarakan segala payah

kenduri dari kekakasih membuka pesta
haturkan puji untuk yang kuasa
agar dunia berputar pada porosnya
sandingi dari segala yang berbeda
antara berbagai yang tumpang tindih
nobatkan penyamun sebagai ahli surga
akhiri kisah yang tak kunjung di mulai
hadapi segala dengan cinta
Magelang 8 Oktober 2007

GETARAN SANGGURDI

Adakah yang ternetralisir
dari pada menghadirkanmu di hadapku
lalu kudentingkan gitar iramakan syair
menilai jengkal dari sudut matamu

dari garis awan yang menyemburat
meramalkan segala pikiran tentangmu
dalam keremangan kurabai relief namamu
tunjuki arah datang suaramu

tak ada kesesatan yang menyakitkan
daripada terbuang dari aromamu
sedang pada akhirnya. . . . . .
aku belumlah sempat terjemahkan malam

rusukku telah kurangkai menjadi rongga
untuk segera ku naiki
menuju jendela menara
yang terjaga oleh dua naga

ngengat dan kecoa kabari aku
akan kebisuanmu yang tak mampu kuredam
dengan gewndewa Bayu yang terpentang

Semarang, 7 oktober 2007
BENDERA BERLAMABNG LIDAH

tak segera ku temui malam yang kau janjika
aku sudahlah sekarat sedari pagi
kemana warna yang telah kau beli itu
sedang akhirnya hanya menambah daftar sampah

engkau sendiri telah mendudukan citamu di kursi
meninggalkan aku kepayahan
tak lagi ada kenangan bagimu
hanya anagan-angan

engkau bukan lagi anak terasi dan garam
tanah berlumpur tiu pun telah di tanggalkan
mendekap dasi yag emncekik
dan tentunya tepukkan dan sebuitan

apa yang terjadi dengan mata hitammu
kenapa tak lagi kutemui di perjumpaan
hanya dua butir mata biru
sedang yang lainnya hijau
itu saja

hidup adalah sejarah yang berulang
berkelindan teratur denga ketidak teraturannya
pun engkau masih saja berputar di tragedy budaya
penyembahan berhala tradisi dan kenangan
saksi darah, air mata dan keringat yang tumpah

sebegitu murahkah pengorbanan
dari kesementaraan yang menuntu di catat
untuk disimpan dalam rak arsip
akhirnya tak ada yang tak bias digunakan sebagai senjata
APOLOGI MENJELANG TIDUR

Teleponku semalam
sebentar kita bercerita
topeng dari diriku yang merindumu

Kau dengarkan dan terima
Itu topeng akan
Akan struktur budaya sungkan jawa

Kau bilang kita berbeda jauh
Kujawab dengan teori lama
Bodohnya aku
Itu isyarat……
Tak ada apa-apa….. seperti dulu….

Aku ambil gitar dan bernyanyi
Tak lagi ada nada dan irama bertalu
Lalu ku tuang saja tinta
Dan inilah kata-kata!

Kali banteng 07 maret 2008

TELEPHON, DOMPET

Tanda yang sama berulang
Dulu dan sekarang bagian pengasingan
Ada yang belum izinkan mendekati kerapuhan dan kehinaan

Hentilah disini harapmu
Nikahi saja dalam kata-kata…
………………………..
Kalibanteng 07 maret 2008

DOA

Tuhan tak akan ada hujat buatMu
Bila yang dimimpi terhjauhi

Kali banteng 07 maret 2008

WARTA

Kawan aku kan segera menikah
Katamu di perjumpaan perdua malam
Aku takjub dan bahagia
Dari misteri tak berkesudahan

Terimalah halal bagimu
Karena percintaan mulut tak lagi kuterima

Kali banteng 07 Maret 2008

LAGU ANAK-ANAK

Bila yang resah mengunduh gundah
Benang merah saja tak terurai kusut sudah
Memadamkan ras yang mulai akut
Dari pijaran lilin yang menyempit di pinggir baskom

Ada cinta pada suara
Isyarat keras kepala
Ketakutan yang tersembunyi
Tertawalah saja…..hilang sudah

Anak-anak kecil dalam kabel
Mengais tetek ibu yang linglung
Mudah saja………
Jawab saja iya lalu pergi

07 Maret 2008

KALA SEMUA PERGI

Sedang yang datang tak seperti sedia kala
Semua berkelindan cepat tanpa di angan
Hasil akhirnya hanya bisa merutuk
walau dengan cepat datang kembali menghardik

budaya adalah rangkaian proses perjalanan
tidak pelak menutup menghindar
suatu niscaya pin kan raib berganti
duduk saja di pelan biru itu


bintang bincang telah menghilang
setelah larut aduk kini menjangkiti desa
sisakan keterdamparan di pucuk pegunungan
menepkan lahan suaka para danyang lava

Klepu 02 Maret 2008


BUBUHI DIAM

wajah tirus datang penuh luka
kini hadir di lerai mimpi paruh malam
bertanding dengan sayatan gubahan syair kepedihan
akan harap yang silih berganti berkhianat

syaraf menegang berkelinjang memikir
melipat raut kulit gerogoti waktu
pun malam telah banyak menyapamu
seperti terik memandikanmu pada gelayutan lelah

dan tak ada amarah
pun menghilang hardik
lalu habis omelan
bukankah aku rindu itu……..ayah

Klepu 02 Maret 2008

Gerai-gerai memagar terhampar
Mengusir hujan tajam
DI AWAL MEI
Oleh : Agung Hening

Daun-daun yang kering ditiup angin di bulan Mei, yang mana sesuai dengan ramalan B.M.G harus sudah masuk kepada musim kemarau, kini cuaca tersebut tak kunjung dapat diprediksikan.
Semalam terjadi hujan deras yang membawa angin puyuh hebat yang meruntuhkan dan memporakporandakan beberapa bangunan di kota. Dinyatakan korban meninggal lima orang laki-laki dan tiga orang perempuan beserta satu anak kecil berumur lima tahun yang berada dalam dekapan ibunya, begitu berita pagi melaporkan bencana yang baru saja terjadi malam tadi.
Dari mulut para penduduk sekitar yang beranting pindah. Menceritakan bahwa bencana tersebut terjadi karena ulah seorang pemuda yang berteriak menantang hujan dan petir di tengah malam. Sudah beberapa orang memperingatkan dan menegurnya untuk segera masuk ke dalam berteduh. Karena dirasa janggal dan aneh, apalagi mengganggu ketenangan mereka bercengkrama dalam selimut. Tapi semua teriakan itu seperti ditelan derasnya hujan di telinga pemuda itu. Tetap saja dia mengacungkan kepal tangannya. Dengan mengucapkan sumpah serapah yang tak jelas dicerna telinga. Sambil sesekali dia menangis tersedu-sedu. Namun setelah beberapa saat teriakan pemuda itu menghilang, tiba-tiba langit bergemuruh kencang disertai angin yang tak menentu dari mana datangnya berputar berarak menelanjangi bangunan yang tak kokoh. Teriakkan dan tabuh tittir berbunyi dimana-mana.

@@@
Surat dengan amplop coklat itu masih saja tergeletak kucal di samping tempat tidur Parno. Sudah seminggu Parno meninggalkan kerjanya hanya terbaring tengkurap di kasur kapuk yang mengisut. Seminggu pula cacing dan usus Parno berontak mendemo meminta dinafkahi dengan segera. Tuntutan itu pun tak lagi digubris. Parno sedang menenggelamkan dirinya dalam kawah imajinasinya yang terserak bersama kekasihnya di desa. Matanya layu mengkerut menarik garis pelupuk yang kosong tanpa apa-apa.
Tergantung melekat bayang-bayang ketika masih berjalan di pematang untuk sekedar mencari bunga ilalang dan menyelipkan di dahan Parti yang manis. Mereka berdua sengaja mencari gubuk beratap jerami untuk bercerita dan berkeluh kesah atau sekedar basa-basi menghabisi hari yang nyenyat mereka di pinggiran desa yang dekat dengan embun dan kabut pegunungan.
” Mas Parno, aku ada dimana?” ujar Parti berseloroh ketika mereka berdua membuang pandangannya ke tengah hamparan sawah yang kemratak menguning. Sebentar lagi akan panen raya.” Ya jelas ada di hatiku dong dik” Parno menjawab genit sambil merangkul dan memaksakan kepala Parti untuk bertengger di pundak Parno yang berbungkus kaos putih coklat keabu-abuan karena kumal.Sekelumit kata basa-basi bawah alam sadar dari rasa cinta yang sedang bermekaran terus menghantui siang dan malam Parno. Sehingga rembulan pun tak lagi menjadi penghias malam Parno.
Semenjak seminggu yang lalu di menerima surat dengan amplop warna coklat itu. Kenangan manis di Banarejo benar menghantarnya terdampar pada kota yang kerasnya melebihi batu kali yang biasa di menambangnya dan memecahnya menjadi kricak untuk di jual pada Pak Haji Maun. Kota yang bersarang kabut hitam menyesatkan dan menyesakkan. Terlebih lagi kini dia memenjarakan dirinya di sebuah kamar empat kali dua meter. Kamar yang berhiaskan ornamen batu bata menonjol keluar dari kekangan semen dan cat tembok. Dengan segala uraian kata-kata sumpah serapah yang tak lagi dapat di verbalkan dengan lidahnya yang terlalu dipaksa untuk berlemah lembut dan menerima. Merelakan segalanya, sesuai dengan nasehat ayah dan ibunya ketika mereka berdua masih hidup. Terlalu keras pergeseran perubahan tatanan hidup ya g tengah terjadi di desanya yang jelas memporakporandakan konstruksi pemikiran polosnya yang sedang liar-liarnya untuk sekedar menikmati hidangan keindahan Tuhan dari Parti yang manis.
Dari tangan anaknya yang memegang kertas yang kisut dan tangan kirinya yang terurai lunglai menjulur ke lantai. Bibirnya pun mengering biru tak berapi dan basah. Ladang pesta pora bagi nyamuk kesiangan dan lalat-lalat yang iseng dengan menggodanya untuk sekedar memuaskan para lalat muda yang sedang merasakan masa puber mereka. Namun di sekitar kos-kosannya yang di huni manusia dari berbagai latar belakang dan alasan mereka, yang semakin hari semakin tak masuk di akal. Dan seperti biasanya mereka pun tak memperdulikan bagaimana tidak pernah bergemeretaknya suara engsel pintu kamar Parno selama seminggu ini. Bagi mereka hari ini dan yang lalu dan mungkin ke depannya hanya tinggal menunda kematian saja. Karena semua tidak ada apa-apa di awal permulaan mereka menerjunkan dalam arus dunia ataupun ketika mereka mencoba menghindar dari dinamika yang tak lagi dapat diramal.
@@@
Tak ada yang bisa memastikan dari sebuah kepastian. Sudah kukirimkan beberapa lembar puisi untuk segera menggugah hatimu yang semakin lama berlari menjauh sadari dirimu yang kukenal. Kang, semenjak kau mengikuti lik dalmin uintuk menyukseskan partainya di pesta negara yang katanya dapat merubah nasib seluruh penduduk desa itu, aku terheyak kaget, dan semakin hari kurasa kau akan segera meninggalkan aku. Ternyata perasaan yang kucoba tertepis oleh rasa cintaku yang kurasa semakin tak dapat lagi menggambarkan masa depan kita kelak bila semua cinta ini telah melebur lahir dalam prajurit kita. Kang…kang….seandainya….! tapi sudahlah kiranya segera setelah mendung itu pastilah akan segera cerah kembali seiring bergantinya musim. Ada pertemuan ada perpisahan begitu indahnya dunia mengalir berimbang untuk sekedar memberi pengajaran pada para manusia yang selalu saja luap. Maaf bila dari bibir Parti ini terucap kata-kata yang terkesan menggurui, padahal Parti sendiri belum pernah mengenyam pendidikan tinggi seperti kang Parno. Kang maaf sekali lagi dengan segala cinta yang kusimpan Parti ingin meminta keikhlasan kang Parno untuk merelakan Parti di arungkan layar Parti di negeri orang. Saya yakin dengan segala kepintaran dan kemasyhuran kang Parno akan segera cepat menemukan bidadari yang lebih dari parti dalam segala hal. Biar Parti hidup dengan ketidak tahuan ini. Maaf.
Wassalam
Burung Gerejamu
Parti
Dan kembali Parno menangis tak berair mata. Dengan tangan gemas meringkas kertas yang semakin kumal Parno histeris berteriak tak karuan. Dia sobek-sobek kertas ditu hingga tak berbentuk lagi. Dan akhirnya dia terhuyung lemas, akhirnya tersungkur ke lantai dan terkapar diantara pecahnya kamar dan hancurnya segala yang telah tertata rapi, seperti hancurnya bayang masa depan Parno yang telah di coba susun dengan bayangan dan harapannya untuk bisa membawakan rangkai bunga mahal, tidak lagi bunga ilalang, tentunya untuk Parti tersayang. Karena menurut lik Dalmin jika partai yang di perjuangkan ini bisa memenangkan suaranya di pemilihan gubernur tahun ini, maka akan dengan segera karir Parno di promosikan untuk bisa segera memakai jas dan sepatu pantopel yang klimis oleh semiran.
Embun yang menguap perlahan bersama dengan kemunculan mentari pagi setelah semalaman hujan dan angin lebat mencandai penduduk kota. Dan bersama itu sekeping harapan manusia menguap menjadi hujan yang membawa bencana kematian dan kesedihan berurai air mata.
@@@
Koran pagi dan berita di televisi memberitakan, bahwa tadi malam penyebab bencana angin dan hujan lebat yang membawa bencana hancurnya bangunan kota, telah tertangkap. Pelakunya tak lain adalah seperti yang menjadi buah bibir para penduduk setelah bencana malam itu terjadi. Nampak di layar televisi seorang pemuda yang di borgol polisi sedang di naikkan ke atas mobil polisi. Pemuda tersebut yang di ketahui identitasnya dengan nama Parno, di temukan di sebuah lokalisasi pinggiran kota dalam keadaan mabuk berat. Nampak pemuda itu berjalan sempoyongan dengan tatapan mata kosong berhias senyuman misterius melambaikan pada langit bersamaan dengan mobil polisi yang berjalan. Menurut keterangan Kapolda kota tersebut pemuda itulah menjadi tersangka utama terjadinya badai angin besar semalam sehingga harus diamankan, begitu menurut keterangan yang dihimpun oleh media cetak dan elektronik kota.

Semarang, 16 mei 2008