BINTANG LEPUH
Bintang-bintang yang terpuruk dalam
baskom air hangat di kolam bawuk
sedang sang anak menyeruk keruh
mengugurkan rayuan sonneta
Tiba-tiba perawan datang dengan pedang terhunus
mengayun memebelah angin puting lekang
lebam membiru di tangan mengarung berputar dan menghilang
Musnah. . . . .musnah. . . . .
Mati. . . . . . mati. . . . .
Pasti dan pergi
Sudahlah!
Sanggar teater wadas
23 november 2007
TABULASI
Diam
Diamlah
Diam kataku!!
Aku takut untuk berkata-kata
Diam!!
Diam diam dan diam!!
Sanggar
23 november 2007
GENOCIDE
Tertawalah!! Menarilah!!
Setidaknya untuk diri sendiri
di bawah hujan deras
di kulum seringai matahari
di keteduhan mendung
di kepanasan kemarau
Cukup duduk dan nikmati
jangan lagi kau pahami
Semarang
23 November 2007
NEGERI ANTAREJA
Pemburu surga lancangkann arti penuh pongah
dengan menyertakan apologi pada kebenaran
merasai menjadi Tuhan lalu tiba untuk diam dan apatis
kelebeat malam segera menjaring romantisme
pada gugusan rasi mengharu biru di tengah keremangan
tenggelamkan selonjor leleah di siang
begitu riang bilakan bintik-bintik tercipta
dari luka-luka yang tersurat membentuk pola kubusis
terpusat pancar tak berdimensi
bila letih menggelayut segera lari tunggang
tanpa menoleh sambil berteriak
larilah bila kau takut
tidurlah kala letih
duduklah saat kaki gemetar
dan matilah maka selesai sudah
Magelang 26 Oktober 2007
RITUS LELANA
Yang terhadir tak akan pernah sama
bila terjun dan menyelami kembali
hanya akan menjatuhkan kembali langit
dari guratan malaikat yang membelai
turut runtut huruf yang terbangun
mengenyalkan kembali suara sayat
karena sesuatu terlahir dengan dunia
dan fana-fana yang terbasuh darah
dan ketenangan dari syair yang surut
pada berbagai aksesoris tergantung manja
menerbitkan mentari menumbuhkan bungan setaman
raksasa pun melembut
jiwa tersayat tertawa
penyamun pun segera membaur
Sanggar
26 Oktober 2007
Semua setelah inagurasi
MENYEMAI RABUK DARAH
Mentap pagi dengan mata sembab
biaskan hamparan keriuhan hutan belantara
embun-embun yang jatuh mendarat di kening
gagahi tubuhyang mengingsut kembali ke sarang
dan meringkukan keindahan
Yang terbuang menggantungkan nama
bangkai di lautan pun telah bertemu surganya
yang berasal dari gorong-gorong
dengan kenyenyatan dan bau anyir dari ranjang
Sapuan matahari yang melesat
menggugah kehijauan memberangusi
air anggur sisa pesta malam
mengubah dalam ritme membumbuung ke langit
tak akan terwujud tempat yang aman
jangan takut berdarah. . . !
Semarang 22 Oktober 2007
HAWA DI GERBANG KASTIL
Masihlah hawa kota dimasa lalu
menggayuh pada buhul-buhul gelap
tersembunyi tangisan meratap
di balik hati dan jiwa yang masih bertele-tele
Yang abadi memeberi tanda di muka gerbang
sebagai penghantar cerita malam
tentang rintangan dan jebakan saat meraih
intan terpendam dari balik kuil maya
Hujan pun kembali tidur tinggalkan dingin
dan genangan bayang diri
sedang kelayuan masih di hujam petir
yang menggelgar membelah
Sepuluh pintu terpampang mengeliligi
dengan kiunci dari jasad liat oleh bubuhan kode
pada hati membuka simpul otak
yang bersinyalir percampuran racun
Kalibanteng 22 oktober 2007
N.B: dari keterpaksakan ketika aku belum siap untuk datang di kota ini
N.B
Irikan dari apa yang tidak bisa di gerakkan
dan bukakan walau hanya seperempat
dari detik yang terpetik
Barangkali dengan merupa
ikut tertawa tergelak
diantara diantara serakan air mata
yang terhanyut kebelkang
Berbahagialah yang menapak
menuju jalan kemudahan ikut mendengarkan
gemercik air yang dituang
untuk membalut kehausan
Kalah dan menang adalah benar
bila tak berbatas dan berbeda rupa
dari kesempatan yang tiada bentuk
Lalu dimana kemana diri
saat memanjat dari tali yang putus
baiknya segera saja tarik pelatuk arahkan ke kepala
Aku pun menjadi tidak ingin apa-apa
saat semua laku tiada guna
dan selamat datang di dunia kepentingan dan formalitas
Tuhan jangan Kau bosan menuturi kasih dan izini aku menempati cintaMu
Bengan kidul 19 Oktober 2007
DRAMA KECIL JUM’AT
Lakonkan sandiwara yang penuh misteri
adonan yang tak bisa di urai mengalir lemah
dalam plot-plot sempurna dan kerugian
bila tak menghayati dengan mememjam
Kedetailan dari tiap peristiwa
yang di ramu dengan dramaturghi khas
melelahkan jiwa yang rapuh
sekaligus mempamorkan aktor terbaik
riuh tepuk tangan dan gejolak emosi
para penonton mengalir riuh berirama
meninggalkan misteri-misteri
tergelak ramai di ruang eksekusi
Magelang 18 Oktober 2007
HIKAYAT BUNGA CANDA
Kabut tipis yang merayap
mencabik codet hati menjadi kepigan cinta
yang penuh rahasia dari tatapan aneh kengkuhan
Di beranda terbentang hamparan hutan hijau
yang di taburi burung-burung bangau putih
sambil mengitari bnga di taman sketsa
Kabar dari negeri seberang hantarkan lontar warta
tentang datangnya rombongan puteri
bermahkotakan mirah delima dan menunggang kuda sembrani
Itulah yang aku herankan
tentang ma’lumat yang di bawa
oleh kutilang lewat resonansi aura jiwamu
yang menghanyutkan kano kayuku
Datanglah dalam atap rumahku
tidurlah di samping mala sunyiku
duduklah di peraduan perapian
sandarkan kepalamu di atas pundakku
mari kita tatapi apa yang tidak pasti
Bengan Kidul 7 Oktober 2007
KOLABORASI AYAM KATE
Tak ada lagi tempat berpetak umpet
bila untuk sekedar bercengkrama
dengan angin yang berbaju buliran air
terganti hawa merodang dan berdebu
Pada gunung dan bukit yang sedang terbakar
sambl tertawa pongah sabarlah barang bebebrapa detik
Mari kita duduk menyedu kopi
untuk bernegosisasi dari kelancangan kita
yang telah meniduri ibumu dan menelenjangi
dengan paksa tepat di muka Tuhan
Dalam proposal pengajuan
kamu tuliskan atas nama terdesak dan ketakutan
maka maaf selorohkan dalam keabadian senyummu
Bukit Patah Manyaran
09 Oktober 2007
BAJU APUNG DAN PELATUK
Bangun dari mimpi sekejap dan terbelalak
menatap seskitar yang silau dengan lengan
bermaksud mencapai puncak alpen
sebelum mentari membunuh
sedang jasad saja masih terbujur kaku
di atas ranjang beraroma bunga
Pada detik berikutnya suara-suara tercekat
bisa tak berlidah dari tenggorokan
terikki lautan dan padang
menggema membumbung dan menguap
Tak ada siapa-siapa
sebegitu pergelangan kaki terambati
kudapan air mata yang makin menenggelamkan
Takakan bisa berlari
bila kaki dan hati terpatri
diam pasrah diri menunggu sambutan hakiki
Untuk Diriku Saja
Magelang, 7 Oktober 2007
KRIPTOGRAF
Apa lagi yang telah menggoncagkan bumiku
violet anggrek seera menepis bencana
indahny mengapur menyeruakkan kelembutan
dalam rangkuman cendawan syukur
walau tubuh kering tersusust waktu
iringi gemerincing rantai tersaruk
nirwana terpampang dalam sejarah
untuk para musafir yang tak terayu dan
rintik hujan segarakan segala payah
kenduri dari kekakasih membuka pesta
haturkan puji untuk yang kuasa
agar dunia berputar pada porosnya
sandingi dari segala yang berbeda
antara berbagai yang tumpang tindih
nobatkan penyamun sebagai ahli surga
akhiri kisah yang tak kunjung di mulai
hadapi segala dengan cinta
Magelang 8 Oktober 2007
GETARAN SANGGURDI
Adakah yang ternetralisir
dari pada menghadirkanmu di hadapku
lalu kudentingkan gitar iramakan syair
menilai jengkal dari sudut matamu
dari garis awan yang menyemburat
meramalkan segala pikiran tentangmu
dalam keremangan kurabai relief namamu
tunjuki arah datang suaramu
tak ada kesesatan yang menyakitkan
daripada terbuang dari aromamu
sedang pada akhirnya. . . . . .
aku belumlah sempat terjemahkan malam
rusukku telah kurangkai menjadi rongga
untuk segera ku naiki
menuju jendela menara
yang terjaga oleh dua naga
ngengat dan kecoa kabari aku
akan kebisuanmu yang tak mampu kuredam
dengan gewndewa Bayu yang terpentang
Semarang, 7 oktober 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar